Saturday, June 7, 2025

KISAH ADITYAWARMAN 4 ( RAJA MALAYA PURA )

 


Pada kisah sebelumnya di sebutkan pemimpin dari pasukan Pamalayu 1 adalah Kebo Anabrang / mahesa anabrang ( sebuah gelar kehormatan )
Memimpin pasukan singhasari hingga ke pedalaman sumatera dari daerah kerajaan sekala brak hingga aceh

Kebo AnabrangMahesa Anabrang, atau Lembu Anabrang (lahir: ? – wafat: 1295) adalah nama seorang perwira Kerajaan Singhasari yang diutus oleh raja Kertanegara 
menjadi komandan Ekspedisi Pamalayu tahun 1275 – 1293. Kebo Anabrang juga dikenal karena berduel dan membunuh Ranggalawe, salah satu abdi Raden Wijaya,Kebo Hanabrang merupakan Senopati untuk area Kotaraja Majapahit dan sekitarnya.beliau terlibat pertempuran Tambak Beras yaitu pertikaian antar senopati majapahit.

Pada tahun 1275 Kertanagara raja Singhasari, mengirimkan utusan untuk menjalin persahabatan dengan Kerajaan Dharmasraya di Sumatra. Pengiriman utusan ini terkenal dengan sebutan Ekspedisi Pamalayu. Baik Nagarakretagama ataupun Pararaton sama sekali tidak menyebutkan siapa nama utusan ekspedisi ini.

Kidung Panji Wijayakrama menyebutkan nama utusan Ekspedisi Pamalayu tersebut, yaitu Mahisa Anabrang, yang artinya ialah “kerbau yang menyeberang”. Terdapat kemungkinan bahwa ini bukan nama asli, atau pengarang kidung tersebut juga tidak mengetahui dengan pasti siapa nama asli sang komandan.

Ekspedisi Pamalayu yang dipimpin Mahisa Anabrang memperoleh keberhasilan. Nagarakretagama mencatat Melayu masuk ke dalam daftar jajahan Singhasari selain Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura.

Pada tahun 1286, setelah Melayu (Sumatra) ditaklukkan, Kertanagara kemudian mengirim kembali utusan ke Bhumi Malayu yang dipimpin oleh Rakryan Mahamantri Adwayabrahma atau Mahisa Anabrang, membawa arca Amoghapasa sebagai tanda persahabatan dan hubungan diplomatik dengan Kerajaan Dharmasraya yang saat itu rajanya bernama śrī mahārāja śrīmat tribhuwanarāja mauliwarmmadewa.

Mahisa Anabrang kembali ke Jawa pada tahun 1293 dengan membawa dua orang putri Melayu bernama Dara Jingga dan Dara Petak. Menurut Pararaton, Raden Wijaya mengambil Dara Petak sebagai istri dan menyerahkan Dara Jingga kepada seorang “dewa” (sira alaki dewa), yang berarti seorang bangsawan. Dara Jingga kemudian melahirkan seorang putra bernama Tuan Janaka yang kemudian menjadi raja Minangkabau bergelar Mantrolot Warmadewa. Beberapa sumber mengatakan bahwa ini adalah nama lain dari Adityawarman.

Nama ayah Adityawarman adalah Adwayawarman menurut prasasti Kuburajo atau Adwayadwaja menurut prasasti Bukit Gombak. Gelar yang hampir serupa ialah Dyah Adwayabrahma, juga terdapat dalam prasasti Padangroco, sebagai salah seorang pengawal arca Amoghapasa yang dibawa ke Sumatra tahun 1286. 

Tertulis dalam prasasti bahwa Adwayabrahma yang menjabat rakryan mahamantri, suatu jabatan tinggi bagi bangsawan kerabat raja. Demikianlah terdapat anggapan bahwa tokoh Adwayabrahma ini adalah tokoh yang sama dengan Mahisa Anabrang utusan Pamalayu.

Dari pernikahannya dengan Dara Jingga memiliki putera: (menurut Babad Arya Tabanan):

Arya Cakradara (suami dari Tribhuwana Wijayatunggadewi)[perlu rujukan]
Arya Dhamar/ Adityawarman (Raja di Palembang, Pagar Ruyung, dan Melayu Jambi / Kerajaan Dharmasraya)
Arya Kenceng (Raja Tabanan,Bali)
Arya Kutawandira
Arya Sentong
Arya Belog.
Merekalah yang bersama-sama Gajah Mada, berperang untuk menaklukkan Bali (Bedahulu) pada sekitar tahun 1340. Empat putera yang terakhir menetap dan mempunyai keturunan di Bali. Arya Kenceng kemudian menurunkan raja-raja Tabanan dan Badung (wilayahnya kira-kira meliputi Kabupaten Badung dan Kotamadya Denpasar) yang terkenal dengan perang puputan ketika menghadapi penjajah Belanda pada tahun 1906.

Erat kaitan antara bali dan majapahit serta tanah sumatera adalah bermula dari kisah ini.

Kita lanjutkan kembali di kisah selanjutnya

No comments:

Post a Comment

SANG ARYA CAKRADARA

CAKRADARA AYAH HAYAM WURUK - RAJA MAJAPAHIT Sri Kertawardhana (atau *Cakradhara*) Adalah ayah dari Hayam Wuruk dan suami dari T...