Saturday, June 7, 2025

KISAH ADITYA WARMAN 1 ( RAJA MALAYA PURA )

 


Salam sejahtera para pecinta sejarah, adapun tulisan yg di angkat kali ini adalah bagaimana kisah awalmula Aditya Warman dan literasi - literasi pendukungnya.

Kisah ini tentu kita mulai dari sebuah kisah yg ada di tanah jawa. Yaitu kisah seorang Raja Jawa yg sangat masyur, yg mampu menciptakan sejarah besar dan panjang di nusantara ini.

Kisah tersebut adalah KEN AROK.

Bagaimana kisahnya?
Mari simak bersama di bawah ini :

        Ken Angrok biasa disebut Ken Arok atau Sri Ranggah Rajasa atau Sri Girinathaputra lahir di timur Gunung Kawi pada tahun 1182, wafat di istana Tumapel, Kutaraja pada tahun 1227, adalah pendiri dari Wangsa Rajasa dan Kerajaan Tumapel yang lebih dikenal dengan nama Kerajaan Singhasari. Ia memerintah sebagai raja pertama bergelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi pada tahun 1222. 

Menurut pararaton ( sebuah naskah / kronik jawa kuno )Ken Arok adalah putra dari Ken Endog dengan Raja Jenggala Sri Maharaja Jayamerta Sang Brahmaraja Girindrattama Girinatha Wiswarupakumara, seorang Raja Jenggala yang mengalahkan Raja Kertajaya Kedhiri / Panjalu.
( Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi
(ꦯꦿꦷꦫꦁꦒꦃꦫꦗꦱꦨꦠꦫꦱꦁꦲꦩꦸꦂꦮꦨꦸꦩꦶ) )

Raja Jenggala yang pada awal tahun 1194M menggempur Panjalu Kediri adalah Sri Maharaja Girindra, ayah dari Putri Sasi Kirana. Raja Jenggala ini disebut pula sebagai Sri Maharaja Jayamerta Sang Girindratama Girinatha wiswarupakumara, raja yang menganut agama Siwa. Girindra maupun Girinata artinya raja gunung. Sang Girinata juga sebutan lain bagi Dewa Siwa.

Selain memiliki putri bernama Sasi Kirana, Sri Maharaja Girindra ini juga memiliki seorang putra dari istri selir yang dikenal Pararaton sebagai Ken Arok.

Ken Arok lahir pada tahun 1182, sebagai putra bangsawan  dari Campara (Bacem, Sutojayan, Blitar) dengan seorang wanita desa Pangkur (Jiwut, Nglegok, Blitar) bernama Ken Ndok. Beliau telah meninggal dunia saat Ken Arok masih dalam kandungan. Pada saat ibunya dibawa ke Kediri, bayi Ken Arok dibuang di sebuah pemakaman, hingga kemudian ditemukan dan diasuh oleh seorang pencuri bernama Lembong.

Ken Arok tumbuh menjadi berandalan yang lihai mencuri dan gemar berjudi, sehingga membebani Lembong dengan banyak hutang. Lembong pun mengusirnya. Ia kemudian diasuh oleh Bango Samparan, seorang penjudi dari desa Karuman (sekarang Garum, Blitar) yang menganggapnya sebagai pembawa keberuntungan.

Ken Arok yang tidak betah hidup menjadi anak angkat Genukbuntu, istri tua Bango Samparan dan Istri mudanya yang bernama Thirthaja  (Istri muda Bango Samparan mempunyai lima anak, yaitu Panji Bawuk, Panji Kuncang, Panji Kunal, Panji Kenengkung dan yang bungsu wanita bernama Cucupuranti), kemudian bersahabat dengan Tita, anak kepala desa Siganggeng (sekarang Senggreng, Sumberpucung, Malang). Keduanya pun menjadi pasangan perampok yang ditakuti di seluruh kawasan Kerajaan Kadiri.

Setelah itu, Ken Arok bertemu seorang Brahmana dari India bernama Lohgawe, yang datang ke tanah Jawa mencari titisan Wisnu. Dari ciri-ciri yang ditemukan, Lohgawe yakin kalau Ken Arok adalah orang yang dicarinya.

Berdasarkan Serat Pararaton, Ken Arok (disebut pula Ken Aŋgrok) digambarkan juga sebagai keturunan Dewa Brahma. Hal ini secara simbolis menggambarkan perbedaan status sosial kognitif Ken Arok di kemudian hari dengan anak-anak seusianya pada saat itu.

Lohgawe kemudian membawa Ken Arok ke Kadipaten Tumapel (sekarang Singosari, Malang) yaitu salah satu daerah bawahan Kerajaan Kadiri, yang saat itu di pimpin oleh seorang akuwu (setara camat zaman sekarang) bernama Tunggul Ametung. Atas bantuan Lohgawe, Ken Arok dapat diterima bekerja sebagai pengawal Tunggul Ametung.

Ken Arok kemudian tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul Ametung yang sangat cantik. Apalagi Lohgawe juga meramalkan kalau Ken Dedes akan menurunkan raja-raja tanah Jawa. Hal itu semakin membuat Ken Arok berhasrat untuk menyingkirkan Tunggul Ametung dan merebut Ken Dedes, meskipun tidak direstui Lohgawe.

Demi menjalankan ambisinya, Ken Arok membutuhkan senjata ampuh, untuk membunuh Tunggul Ametung yang terkenal sakti. Ayah angkat Ken Arok, Bango Samparan, kemudian memperkenalkan Ken Arok pada sahabatnya yang bernama Mpu Gandring dari desa Lulumbang (sekarang Plumbangan, Doko, Blitar) yaitu seorang ahli pembuat pusaka ampuh.

Atas permintaan Ken Arok, Mpu Gandring sanggup membuatkan senjata yaitu sebilah keris pusaka dalam waktu satu tahun. Ken Arok yang tidak sabar, lima bulan kemudian datang mengambil pesanan, Mpu Gandring menolak memberikan Keris yang belum sempurna tersebut, akhirnya keris itu direbut Ken Arok dan ditusukkan kepada Mpu Gandring sampai tewas. Dalam sekaratnya, Mpu Gandring mengucapkan kutukan bahwa keris itu nantinya akan membunuh tujuh orang penguasa, termasuk Ken Arok sendiri dan keturunannya

Setelah kembali ke Tumapel, Ken Arok menjalankan rencananya untuk melenyapkan dan merebut kekuasaan Tunggul Ametung. Mula-mula ia memberikan keris pusakanya pada Kebo Hijo, rekan sesama pengawal. Kebo Hijo dengan bangga memamerkan keris Mpu Gandring sebagai miliknya kepada semua orang yang ia temui, sehingga semua orang mengira bahwa keris itu adalah milik Kebo Hijo. Dengan demikian, siasat Ken Arok berhasil.

Malam berikutnya, Ken Arok mencuri keris pusaka itu dari tangan Kebo Hijo yang sedang mabuk arak. Ia lalu menyusup ke kamar tidur Tunggul Ametung dan membunuh majikannya itu di atas ranjang. Ken Dedes menjadi saksi pembunuhan suaminya, tetapi ia pun mendukung rencana pembunuhan itu, karena Ken Dedes menikah dengan Tunggul Ametung dilandasi rasa keterpaksaan.

Keesokan harinya, Kebo Hijo dihukum mati karena keris Mpu Gandring yang di anggap miliknya ditemukan menancap pada mayat Tunggul Ametung.

Setelah Tunggul Ametung mati, Ken Arok lalu mengangkat dirinya sebagai Akuwu baru Tumapel dan menikahi Ken Dedes. Tidak seorang pun yang berani menentang keputusan itu. Ken Dedes sendiri saat itu sedang mengandung anak Tunggul Ametung, bernama Anusapati, disebut juga Panji Anengah

Pada tahun 1221 terjadi perselisihan antara Kertajaya raja Kadiri dengan para brahmana. Para brahmana itu memilih pindah ke Tumapel meminta perlindungan Ken Arok karena diserang oleh Kertajaya. Dengan adanya kesempatan itu dan di dukung oleh para kaum brahmana, Ken Arok pun memberontak dan mempersiapkan penyerangan terhadap Kerajaan Kediri, ia menyatakan Kadipaten Tumapel sebagai "Kerajaan" merdeka yang lepas dari Kerajaan Kediri. Sebagai raja pertama Tumapel ia bergelar Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.

Di lain pihak, Raja Kertajaya (dalam Pararaton disebut Dhandhang Gendis) menyatakan tidak takut menghadapi serangan Tumapel. Ia mengaku hanya dapat dikalahkan oleh Bhatara Siwa. Mendengar hal itu, Ken Arok pun memakai gelar Bhatara Siwa (= Bhatara Guru) dan siap berperang melawan Kertajaya.

Pada tahun 1222, Ken Arok memimpin pasukan Tumapel menyerang Kadiri. Puncak peperangan antara Kadiri dan Tumapel terjadi di dekat desa Genter (Ganter), wilayah timur Kediri. Pada pertempuran ini, pihak Kadiri kalah dan Kertajaya diberitakan melarikan diri naik ke alam dewa, yang mungkin merupakan bahasa kiasan untuk mati. Kemenangan yang menentukan tersebut menyebabkan runtuhnya kerajaan Kadiri pimpinan Kertajaya dan mengukuhkan kekuasaan Ken Arok di Jawa Timur, serta dimulainya Kerajaan Tumapel, dan pendirian pemerintahan Dinasti Rajasa.

Setelah Mahisa Wong Ateleng beranjak dewasa, Ken Arok mengangkat Mahisa Wong Ateleng sebagai penguasa Kediri. Hal ini menyebabkan Anusapati merasa heran pada sikap Ken Arok yang seolah menganaktirikan dirinya, padahal ia merasa sebagai putra tertua Ken Arok. Pada tahun 1227, setelah mendesak ibunya (Ken Dedes), akhirnya Anusapati mengetahui kalau dirinya memang anak tiri. Bahkan, ia juga mengetahui kalau ayah kandungnya yaitu Tunggul Ametung telah mati dibunuh oleh Ken Arok. Setelah Anusapati berhasil mendapatkan Keris Mpu Gandring yang selama ini disimpan Ken Dedes. Ia kemudian menyuruh pembantunya yang berasal dari desa Batil untuk membunuh Ken Arok. Ken Arok tewas ditusuk dari belakang saat sedang makan. Kemudian, Anusapati ganti membunuh pembantunya itu untuk menghilangkan jejak dan mengangkat dirinya menjadi raja Tumapel menggantikan Ken Arok.

Peristiwa kematian Ken Arok dalam naskah Pararaton terjadi pada tahun 1247 M (1169 Ç). Adanya peristiwa pembunuhan terhadap Sri Rajasa dalam Pararaton diperkuat oleh prasasti Mula Malurung (1255). Disebutkan dalam prasasti itu, nama pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa yang meninggal di atas takhta kencana. Berita dalam prasasti ini menunjukkan kalau kematian Sri Rajasa memang tidak sewajarnya.

Bagaimana silsilah dari Adityawarman berkaitan dengan Ken Arok?

Perkawinan antara ken Arok dan ken dedes melahirkan anak bernama mahesa wonga teleng

Mahisa Wonga Teleng (Jawa: ꦩꦲꦶꦰꦮꦺꦴꦔꦠꦼꦊꦁ, Bali: ᬫᬳᬶᬱᬯᭀᬗᬢ᭄ᬮᭂᬂ) adalah raja Kediri bawahan Tumapel. Menurut Pararaton adalah putra dari Ken Arok dengan Ken Dedes, pendiri Kerajaan Tumapel (atau lebih terkenal dengan nama Singhasari). 

Menurut Negarakertagama tokoh ini bergelar Sri Bhatara Parameswara yang merupakan ayah dari Narasinghamurti, leluhur raja-raja Majapahit.Beliau diketahui menikahi Ken Rimbi yang merupakan putri dari Ken Umang.

Mahisa Wonga Teleng adalah ayah dari Mahisa Campaka alias Narasingamurti. Menurut Nagarakretagama, Narasingamurti memiliki putra bernama Dyah Lembu Tal, yang merupakan ayah dari Raden Wijaya pendiri Kerajaan Majapahit.

Menurut Prof. Slamet Muljana yang menafsirkan Waning Hyun sebagai perempuan, Apabila Bhatara Parameswara benar-benar identik dengan Mahisa Wonga Teleng, maka dapat disimpulkan kalau Waning Hyun adalah saudara perempuan Narasinghamurti. Dengan demikian, hubungan antara Narasinghamurti dengan Wisnuwardhana tidak hanya sepupu, tetapi juga sebagai ipar.

Namun jika ditelisik dari nama Waning Hyun yang bergelar Nararya, maka beliau bukanlah perempuan dan bukan istri dari Wisnuwardhana. Namun keduanya tetap melangsungkan pemerintahan bersama.

Dari mahesa wonga teleng di teruskan oleh anaknya yg bernama mahesa cempaka
Yg kemudian anaknya bernama dyah lembu tal yg merupakam ayah dari Raden Wijaya

Lembu Tal atau Sri Harsawijaya atau Mahisa Tal adalah Seorang Putra dari Mahisa Campaka dan cucu dari Mahisa Wong Ateleng putra Ken Dedes dengan Ken Arok, pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Singasari. Dyah Lembu Tal merupakan seorang Ksatria dan merupakan etnis Jawa dan bukan merupakan seorang perempuan. menurut Kitab Negarakertagama Lembu tal adalah seorang Ksatria Yudha. Lembu Tal Adalah Ayah dari Raden Wijaya Sang Raja Majapahit Pertama

Dan dari sinilah sejarah dari Adityawarman bermula
Kita ikuti blog kami selanjutnya ya




No comments:

Post a Comment

SANG ARYA CAKRADARA

CAKRADARA AYAH HAYAM WURUK - RAJA MAJAPAHIT Sri Kertawardhana (atau *Cakradhara*) Adalah ayah dari Hayam Wuruk dan suami dari T...