Menurut Nagarakretagama Raden Wijaya adalah anak dari Dyah Lembu Tal, cucu Mahisa Campaka atau Narasinghamurti. Kakeknya ini, adalah anak dari Mahisa Wonga Teleng, putra dari Ken Angrok dan Ken Dedes. Ken Angrok atau Sri Ranggah Rajasa adalah pendiri Dinasti Rajasa yang kemudian menurunkan raja-raja Singhasari dan Majapahit. Naskah ini memuji Lembu Tal sebagai seorang perwira yuda yang gagah berani dan merupakan Ayah dari Raden Wijaya.
Dari genealoginya, Wijaya juga merupakan keponakan Kertanagara, Adapun Kertanagara adalah keturunan dari Anusapati, putra Ken Dedes dan Tunggul Ametung.
Menurut Prasasti Kudadu (1294),tertulis bahwasanya Lembu Tal (ayah raden wijaya) adalah anak Narasinghamurti. Menurut Prasasti Balawi (1305), Prasasti Sukamerta (1296), dan Kakawin Nagarakretagama, Raden Wijaya menikah dengan empat orang putri Kertanagara, raja terakhir Kerajaan Singhasari, yaitu Tribhuwaneswari, Narendraduhita, Jayendradewi, dan Gayatri.
Dengan Tribhuwaneswari, Wijaya mempunyai seorang putra bernama, Jayanagara. Dengan Gayatri, Wijaya memperoleh dua putri. Putri sulung bernama Tribhuwana Wijayatunggadewi. Putri bungsu bernama Rajadewi Maharajasa
Pada tahun 1289, Kubilai Khan mengirim permintaan upeti kepada Kerajaan Singhasari, namun permintaan tersebut ditolak oleh Kertanagara, Raja Singhasari dan utusan tersebut dipermalukan dengan dipotong telinganya.
Kemudian disinilah awal mula dari sejarah kelahiran Aditya warman.
Saat itu, maharaja di kerajaan singhasari adalah Sri Maharaja Kertanagara (Hanacaraka:ꦯꦿꦶꦩꦲꦴꦫꦴꦗꦏꦽꦠꦤꦴꦒꦫ) atau disebut Kertanegara meninggal tahun (1292), adalah raja terakhir yang memerintah Kerajaan Singhasari dengan gelar abhiseka Sri Maharajadiraja Kertanagara Wikrama Dharmmottunggadewa.
Nama kecil: Narāryya Mūrddhaja
Śrī Mahārāja Śrī Lokawijaya Puruśottama Wīrā Aṣṭa Basudewādhipā Aniwāryyawiryyanindita Parākrama Mūrddhaja Namottuṅgadewa
Masa pemerintahan Kertanagara dikenal sebagai masa kejayaan Singhasari. Ia sendiri dipandang sebagai penguasa Jawa pertama yang berambisi menyatukan wilayah Nusantara. Menantunya, Raden Wijaya, selanjutnya mendirikan kerajaan Majapahit sekitar tahun 1293 sebagai penerus Wangsa Rajasa dari Singhasari.
Istri Kertanagara bernama Sri Bajradewi. Dari perkawinan mereka lahir beberapa orang putri, yang dinikahkan antara lain dengan Dyah Wijaya putra Dyah Lembu Tal, dan Ardharaja putra Jayakatwang. Nama empat orang putri Kertanagara yang dinikahi Raden Wijaya menurut Nagarakretagama adalah Tribhuwaneswari, Narendraduhita, Jayendradewi, dan Gayatri.
Kertanagara naik takhta Singhasari tahun 1268 menggantikan ayahnya, Wisnuwardhana. Berdasarkan Prasasti Padang Roco yang bertarikh 1286, Kertanagara bergelar śrī mahārājādhirāja kŗtanagara wikrama dharmmottunggadewa.
Menurut Pararaton ia adalah satu-satunya raja Singhasari yang naik takhta secara damai. Kertanagara merupakan sosok raja Jawa pertama yang ingin memperluas kekuasaannya mencakup wilayah Nusantara. Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah bawahan Tumapel di dalam dan di luar pulau Jawa pada masa Kertanagara antara lain, Kerajaan Melayu, Bali, Pahang, Gurun, Sunda, Madura dan Bakulapura
Kertanegara sebagai Raja besar di tanah jawa, memiliki ambisi memperluas wilayah kekuasaannya, dilaksanakanlah ekspedisi Pamalayu (Pamalayu bermakna penaklukan Malayu) yang bertujuan untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan di Sumatra sehingga dapat memperkuat pengaruhnya di selat Malaka
yang merupakan jalur ekonomi dan politik penting. Ekspedisi ini juga bertujuan untuk menghadang pengaruh kekuasaan Mongol
yang telah menguasai hampir seluruh daratan Asia. Pengiriman pasukan ke Sumatra dilakukan pada tahun 1275 di bawah pimpinan Mahisa Anabrang
Tak lama kemudian, terjadi pemberontakan melawan Singhasari di Kadipaten Gelang-Gelang (sekarang Madiun) yang dipimpin oleh Jayakatwang. Kertanagara terbunuh dalam upaya memadamkan pemberontakan pada tahun 1292, dan Raden Wijaya melarikan diri ke Sumenep, Madura, bersama dengan gubernur wilayah itu, Arya Wiraraja. Di sana Raden Wijaya membuat rencana untuk mendirikan kerajaan baru. Wijaya berjanji akan membagi Jawa dengan Arya Wiraraja jika Arya Wiraraja dapat membantunya menggulingkan Kerajaan Kediri milik Jayakatwang. Saat masih muda, Wiraraja mengabdi pada Narasingamurti, kakek Raden Wijaya. Maka, ia pun bersedia membantu sang pangeran untuk menggulingkan Jayakatwang. Raden Wijaya bersumpah, jika ia berhasil merebut kembali tahta mertuanya, kekuasaannya akan dibagi dua, yaitu untuk dirinya sendiri dan untuk Wiraraja.[butuh rujukan]
Pada tahun 1293, pasukan Mongol datang untuk menghukum Kertanagara yang berani mencelakai utusan Kubilai Khan pada tahun 1289. Raden Wijaya sebagai pewaris Kertanagara bersedia menyerahkan diri asalkan ia terlebih dahulu ditolong untuk membebaskan diri dari Jayakatwang. Maka pasukan Mongol dan Majapahit pun bergabung untuk menyerbu ibu kota Kadiri. Saat itu, Kerajaan Kediri runtuh. Selanjutnya, Raden Wijaya berdasarkan masukan Wiraraja menyerang pasukan Mongol yang sedang merasakan euforia kemenangan melawan Kerajaan Kediri. Tak pelak, Wiraraja dengan berbagai taktiknya membawa kemenangan bagi Raden Wijaya untuk mengalahkan pasukan Mongol.
Inilah titik awal Raden Wijaya berkuasa dan menjadikan Tarik (Trowulan, Mojokerto) sebagai pusat kekuasaan yang kemudian menjadi Kerajaan Majapahit. Istilah Majapahit muncul karena di kawasan hutan Tarik banyak terdapat buah maja yang rasanya pahit. Raden Wijaya menjadi raja Majapahit pertama yang merdeka pada tahun 1293. Arya Wiraraja diangkat menjadi pasangguhan/senapati (panglima perang) Majapahit dengan gelar Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka.
Putra Arya Wiraraja, Ranggalawe menjabat sebagai salah satu adipati Wijaya, tetapi di kemudian hari ia memberontak terhadap raja baru tersebut. Perwira terkenal lainnya adalah Lembu Sora dan Nambi, keduanya juga memberontak terhadap Wijaya setelah berdirinya kerajaan Majapahit.
Pemicu pemberontakan adalah meskipun mereka yang memberontak telah diberi jabatan, mereka tetap merasa tidak puas. Nambi sendiri kemudian juga memberontak pada masa pemerintahan Jayanegara, pemberontakan Nambi berhasil dipadamkan pada tahun 1316.
No comments:
Post a Comment