KERAJAAN PARIANGAN AWAL ( SRI MAHARAJA DIRAJA )
( LAHIRNYA MAHARAJA BASA )
Setelah air tersentak turun dan darat terangkat naik, daratan menjadi luas da subur, perubahan wajah alam sedemikian rupa mengubah kondisi yang ada sebelumnya.
lautan telah surut jauh, masyarakat yang semula tinggal di tepian pantai kini berada di atas perbukitan tinggi, mereka berangsur turun menemukan dataran yang lebih baik di bawah perkampungan mereka sebelumya. mereka adalah bangsa pelaut yang luar biasa, leluhur mereka An Jian Mualim mengajarkan banyak hal tentang ilmu kelautan dan perbintangan. sehingga mereka menjadi penguasa lautan. mereka tiada gentar menerjang ombak besar yang menggulung dengan jung - jung kapal yang besar mengantarkan mereka melayari samudera luas yang jauh.
dengan di pimpin oleh Sri maharaja diraja mereka menuruni puncak marapi menuju sisi tenggara ke sebuah tempat yang bernama LAGUNDI NAN BASELO ( tumbuhan yang tumbuh dengan akar yang unik melingkar seperti kaki yang bersila dan banyak di jadikan bonsai ). SABALAH BUKIK SIGUNTANG GUNTANG, BATU HAMPARAN PUTIAH, DI BAWAH BANTO NAN BARAYUN, DIMANO SAWAH NAN SATAMPANG BANIAH
Di bawah komando Sri Maharaja diraja, catri bilang pandai yang cekatan dan banyak mengerti segala hal, mulai mengatur pekerjaan. ada yang membangun istana, jalan dan mengatur persawahan. lambat laun Pariangan berubah menjadi TARATAK, kemudian menjadi BANJAR dan KOTO hingga jadilah sebuah NEGARA / nagari sekarang. kehidupan masyarakat yang komplek telah terbentuk di Pariangan.
Pada masa pemerintahan Raja Sri Maharaja Diraja inilah dibentuk koto-koto dan nagari-nagari dan disetiap koto dan nagari dibentuk datuk-datuk sebagai pemimpin adat dan sekaligus sebagai wakil mutlak dari daulat yang dipertuan Sri Maharaja Diraja di Pariangan.
di istana kemaharajaan,
Indo jelito sebagai permaisuri tengah hamil tua dan sudah terlihat ciri ciri akan segera melahirkan. sementara itu Sri maharaja diraja sedang bertapa di Gunung singgalang.
terlihat awan hitam bergulung dan petir sambar menyambar begitu juga gelegar guntur yang tiada henti, angin bertiup kencang dan lautan bergelora dengan ombak dan badainya yang dahsyat, pertanda alam ini semakin menjadi saat sang bayi lahir ke atas dunia.
GEMPA besar yang sangat dahsyat mengguncang bumi, untuk sekali lagi air laut tersentak turun dan daratan tersentak naik.
SRI MAHARAJA DIRAJA bergegas kembali ke Pariangan dengan kemampuannya mencoba meredam getaran alam yang sangat dahsyat, mengunci wilayah pariangan sehingga keadaan tenang. tangis nyaring seorang bayi terdengar sang maharaja pun bergegas.
bayi yang baru lahir adalah anak ke dua dari sang Maharaja dengan permaisuri keduanya indo jelito, ia kemudian memberi nama MAHARAJO BASA. Demikianlah sang Bayi menjadi pusat perhatian setiap mahluk yang ada di Marapi dan seedarannya.
permaisuri INDAH DUNIA / INDO DUNIA yang di Kandis pun datang menyaksikan diiringi oleh Maharajo Tunggal memberi selamat dan melepas rindu akan tanah kelahirannya.
alam telah berubah banyak, tidak lagi seperti dahulu yang di bungkus lautan luas, air laut telah surut hingga jauh ke bawah mendekati tinggi danau singkarak sekarang.
dengan telah lahirnya Maharajo Basa, penerusnya kelak sri maharaja diraja kemudian menyusun dan mengatur segala sesuatunya dan mengumpulkan semua pemimpin pemimpin pengikutnya, dan menentukan aturan aturan kepemerintahan yang mengatur kehidupan masyarakat di seedar gunung Marapi hingga ke KANDIS. aturan pertama yang di lahirkan adalah tidak di benarkan kawin sesama bangsa demi menghindari pertikaian yang dapat memecah belah kedamaian yang telah terbentuk dari semula.
Di Pariangan didirikan sebuah tempat bersidang yang disebut Balai Saruang. Di Balai Saruang inilah segala sesuatu dimusyawarahkan. Kemudian didirikan juga Balai Nan Panjang, Balai Pasujian, dan Balai Kaciak. Balai Saruang hanya terdiri dari satu ruang, sedangkan Balai Nan Panjang terdiri dari 17 ruang.
pada masa perkembangan Pariangan kedepan akan terbentuk beberapa suku yang mendiami kawasan ini. seperti koto, piliang, pisang, malayu, dalimo panjang, dalimo singkek, piliang laweh dan sikumbang.
No comments:
Post a Comment