Utusan Pamalayu kembali ke Jawa tahun 1293 dengan membawa dua orang putri bernama Dara Jingga dan Dara Petak, semula untuk dijodohkan dengan Kertanagara. Namun Kertanagara telah tewas setahun sebelumnya akibat pemberontakan Jayakatwang. Menantu Kertanagara yang bernama Raden Wijaya telah berhasil mengalahkan Jayakatwang dan mendirikan Kerajaan Majapahit, sehingga ia yang menerima perjodohan tersebut.
Mahisa Anabrang:
Mahisa Anabrang, juga dikenal sebagai Kebo Anabrang, Mahesa Anabrang, atau Lembu Anabrang, adalah tokoh militer besar dari masa Kerajaan Singhasari. Ia diangkat oleh Raja Kertanegara sebagai pemimpin Ekspedisi Pamalayu (1275–1293), sebuah misi besar yang bertujuan menjalin aliansi dan memperluas pengaruh Singhasari ke wilayah Sumatra, khususnya Kerajaan Dharmasraya.
⚔️ Komandan Ekspedisi Pamalayu
Nama Mahisa Anabrang muncul dalam Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe, meskipun tidak disebut dalam sumber utama seperti Pararaton atau Nagarakretagama. Nama “Anabrang” yang berarti “menyeberangi sungai” bisa jadi hanya nama julukan.
Selama ekspedisi, Mahisa Anabrang sukses membawa wilayah Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura ke dalam kekuasaan Singhasari. Pada tahun 1286, ia dikirim kembali ke Dharmasraya membawa arca Amoghapasa sebagai simbol diplomatik dan persahabatan.
Ia kembali ke Jawa pada 1293, setelah Kertanegara wafat. Bersama rombongan, ia membawa dua putri Melayu: Dara Jingga dan Dara Petak, yang awalnya ditujukan untuk dipersembahkan kepada sang raja. Namun, karena Kertanegara sudah terbunuh, perjodohan itu diteruskan kepada Raden Wijaya, pendiri Majapahit.
💥 Pertempuran Tambak Beras & Akhir Tragis
Pada tahun 1295, Ranggalawe, Adipati Tuban dan sahabat Raden Wijaya, memberontak. Mahisa Anabrang bersama Nambi dan Lembu Sora memimpin pasukan Majapahit untuk menumpas pemberontakan tersebut. Dalam duel di Sungai Tambak Beras, Mahisa Anabrang membunuh Ranggalawe.
Namun, karena Lembu Sora adalah paman Ranggalawe, ia tidak bisa menerima kematian keponakannya dan membunuh Mahisa Anabrang dari belakang sebuah pengkhianatan tragis yang menutup perang saudara pertama di Majapahit.
🏛️ Warisan dan Keturunan
Keluarga Mahisa Anabrang tidak berani menuntut Lembu Sora karena pengaruhnya besar di pemerintahan. Baru pada tahun 1300, Mahisa Taruna, putra Mahisa Anabrang, dibantu oleh tokoh bernama Mahapati, berhasil menyingkirkan Lembu Sora dari pemerintahan. Lembu Sora kemudian terbunuh oleh pasukan Nambi, akibat fitnah yang dilancarkan Mahapati.
📜 Misteri Identitas: Adwayabrahma dan Indrawarman
Ada teori bahwa Mahisa Anabrang adalah orang yang sama dengan Dyah Adwayabrahma, rakryan mahamantri yang disebut dalam Prasasti Padangroco, pengawal arca Amoghapasa. Bahkan ada dugaan bahwa ia juga dikenal sebagai Adityawarman atau Adwayawarman, ayah dari raja Minangkabau bernama Tuan Janaka.
Ada pula sumber dari tradisi Batak (masih butuh rujukan valid) yang mengaitkan Mahisa Anabrang dengan tokoh bernama Indrawarman yang disebut membawa pengaruh budaya Jawa ke Sumatra bagian utara.
Kidung Sorandaka mengisahkan keluarga Mahisa Anabrang tidak berani menuntut hukuman untuk Lembu Sora karena ia merupakan panglima kesayangan Raden Wijaya. Baru pada tahun 1300 seorang putra Mahisa Anabrang bernama Mahisa Taruna mendapat bantuan seorang tokoh bernama Mahapati.[butuh rujukan] Mereka pun berhasil menyingkirkan Lembu Sora dari jajaran pemerintahan Majapahit. Peristiwa yang terjadi selanjutnya ialah pembunuhan Lembu Sora oleh pasukan Nambi akibat fitnah yang dilancarkan Mahapati.
📘 Kesimpulan
Mahisa Anabrang adalah tokoh penting dalam transisi kekuasaan antara Singhasari dan Majapahit, yang bukan hanya berperan dalam perluasan wilayah ke Sumatra melalui Ekspedisi Pamalayu, tetapi juga menjadi aktor utama dalam konflik internal awal Majapahit. Hidupnya berakhir dengan tragis, namun jejaknya meninggalkan pengaruh besar dalam sejarah Nusantara.
#MahisaAnabrang #EkspedisiPamalayu #SejarahMajapahit #Kertanegara #Ranggalawe #SejarahNusantara #KerajaanSinghasari
No comments:
Post a Comment