Sejarah Kabupaten Padang Pariaman dan Pariaman.
Berasal dsri Luak Tanah Datar.
Penduduk Pariaman umumnya turun dari Luhak Tanahdata. Selain itu juga dari Luhak Agam pada bagian Utara. Sedangkan bagian sebelah Selatan justru turun dari Solok. Meski demikian, tetap saja mereka yang turun dari Luhak Tanahdata menjadi pemegang utama roda pemerintah.Sejarah Kandang Ampek
Abdul Kiram dan Yeyen Kiram dalam bukunya Raja-Raja Minangkabau Dalam Lintasan Sejarah (2003;51-52) mencatat, nenek moyang yang mula-mula turun dari Luhak Tanahdata ada sebanyak empat orang Penghulu beserta rombongannya. Yakni Datuk Rajo Angek, Datuk Palimo Kayo, Datuk Bandaro Basa, dan Datuk Palimo Labih. Amanah dari Yang Dipertuan Pagaruyung, di mana jika rombongan berada pada sebuah tempat yang tidak diketahui namanya, maka segeralah diberi nama dan tanda.
Akhirnya tempat itu diberi nama Kandangampek. Karena rombongan mereka berjumlah empat. Tidak lama kemudian, di tempat yang sama datang lagi satu rombongan dipimpin Datuk Makhudum Sabatang Panjang. Kedua rombongan bergabung dan sepakat bersama-sama turun ke bawah menuju arah Barat. Selanjutnya, rombongan menemukan sebuah tempat yang agak tinggi, tapi belum diketahui namanya. Salah seorang anggota rombongan, menanamkan sebatang pohon sebagai pembatas antara Luhak dan Rantau. Di tempat itu rombongan sepakat menamakan Kayutanam. Daerah inilah yang membatasi Luhak (darek) dengan Rantau. Berbatas dengan Bukit Barisan yang melingkari Padangpanjang.
Sejarah 2 X 11 Enam Lingkung
Perjalanan kelima orang Penghulu tersebut diteruskan sampai ke Pakandangan. Di sini mereka membangun perkampungan. Tidak lama kemudian datang lagi ke Pakandangan enam orang Penghulu dari Tanahdata, yakni Datuk Simarajo, Datuk Rangkayo Basa, Datuk Rajo Mangkuto, Datuk Rajo Bagindo dan Datuk Mangkuto Sati.
Keenamnya bergabung dengan rombongan yang datang sebelumnya. Luas perkampungan diperluas sampai ke Sicincin. Sebagai penghormatan, khusus lima orang Penghulu yang datang pertama, mereka ditempatkan di tengah-tengah kampung. Sedangkan enam Penghulu yang datang belakangan, melingkari tempat kediaman lima Penghulu tersebut. Daerah ini akhirnya bernama Anamlingkung. Kedatangan dua gelombang, untuk mengingatnya dijadikan Kecamatan 2 X 11 Anam-lingkuang dengan ibukota Sicincin. Kini kecamatan ini sudah dimekarkan menjadi tiga kecamatan. Yakni, Anamlingkung, 2 X 11 Anamlingkuang Sicincin dan 2 X 11 Kayutanam. Dari daerah-daerah ini, mereka terus menyusuri hingga ke pantai Pariaman.
Kisah penyebaran melalui Malalak
Ada juga yang menyebutkan penduduk Pariaman dari Tanahdata turun melalui Malalak. Di Malalak rombongan terbagi dua kelompok. Satu kelompok langsung menuju Pariaman, satu kelompok lagi menuju Kampungdalam. Kuatnya hubungan kekeluargaan dengan Malalak ini dapat dilihat dari adanya kunjungan dari orang yang berada di Pariaman, tapi berasal dari Malalak, kepada keluarga asal di Malalak.
Suku bangsa Varia ( Varia Men )
Pariaman yang terletak di pinggir pantai, mudah dikunjungi pelaut dari berbagai negeri, menyebabkan mudahnya hubungan dengan daerah lain. Sehingga masyarakatnya pun mudah menerima perubahan, baik sosial, politik maupun agama.
Tak heran sebagai wilayah yang berada di pinggir pantai dan di singgahi oleh berbagai pedagang, Pariaman belakangan dihuni tak hanya dari keturunan Minangkabau dari daerah darek.
Di Pariaman terdapat pula keturunan keling (kaliang). Dimana orang Keling ini datang dari India Selatan atau disebut Gujarat dan salah satu suku bangsa Varia. Dengan ciri khas warna kulitnya lebih hitam, maka disebut saja kaliang. Sehingga jika ada anggota keluarga rang Pariaman, sering dikatakan kulitnya hitam kaliang.
Suku Bangsa Varia telah ada dalam kurun waktu yang lama datang dengan beberapa dekade.
Yg pertama bersamaan dengan terkenalnya pelabuhan Barus dengan Kampernya yg di kirim ke mesir. Dan hasil buah pinang yg melimpah juga rempah rempahnya menarik minat pedagang dari India selatan datang.
Selain berdagang mereka juga menyebarkan agama islam.
Dekade ke 2 adalah saat penyebaran islam dan seiringan dengan masuknya pengaruh Turki di aceh yg membawa banyak suku bangsa Varia khususnya yang laki laki atau di kenal sebagai Varia Men.
Dekade ke 3 adalah pada masa inggris tiba di kawasan bengkulu atau dulu disebut bengkulen, yg akhirnya suku bangsa Varia yg di bawa oleh Stampord Rafles sebagai pekerja kemudian menetap di kawasan pariaman sekarang. dimana dulu adalah wilayah kekuasaan kerajaan vasal ( bawahan ) pagaruyung yg bernama kerajaan Kurai Taji.
Dari sini dominasi suku bangsa Varia terlihat dari bahasa, adat dan warna kulit, sehingga banyak penduduk asal luak nan tigo menyebut dengan sebutan PARIAMAN ikut dialek minang pengaruh bahasa hindia belanda
Bahkan sebelum proklamasi Indonesia 17 Agustus 1945, di Pariaman juga banyak terdapat keturuan Tionghoa (Cina). Bukti peninggalan keturunan Tionghoa yang tidak bisa dibantah adalah kuburan keturunan Tionghoa di Toboh Palabah dan nama daerah Kampungcino.
Sedangkan bangsa penjajah (Belanda, Inggris dan Jepang), yang pernah bermukim di Pariaman, hingga kini tak diketemukan lagi buktinya. Penulis hanya pernah mendapatkan informasi di sekitar Kampung Perak ada kuburan Belanda. Namun kini sudah menjadi areal perkantoran, yakni Kantor Kesbang Linmas Kabupaten Padangpariaman.
Meski penduduk Pariaman sudah bercampur, tapi tetap memakai adat Minangkabau dalam kesehariannya. Hanya saja, sebagai daerah rantau, di Pariaman tidak diketemukan rumah gadang seperti di daerah darek. Rumah gadangnya tidak bergonjong sebagaimana rumah gadang di daerah darek seperti tanduk kerbau.
Adat tradisi pariaman
Adat Pariaman adalah adat istiadat yang berlaku di wilayah Pariaman, Sumatera Barat, yang kaya akan tradisi dan nilai-nilai budaya. Salah satu tradisi yang paling dikenal adalah bajapuik, sebuah prosesi dalam pernikahan adat Minangkabau di Pariaman, di mana pihak perempuan memberikan sejumlah uang atau harta benda kepada pihak laki-laki sebagai bentuk penghormatan.
1. Pernikahan Adat Pariaman:
Bajapuik:
Tradisi ini bukan berarti "membeli" pengantin laki-laki, tetapi lebih kepada menjemput dan menghormati pengantin laki-laki sebagai simbol penghargaan dan mengangkat derajatnya.
Uang Japuik:
Jumlah uang japuik biasanya ditentukan berdasarkan kesepakatan dan mempertimbangkan status sosial, pendidikan, dan pekerjaan pengantin laki-laki.
Prosesi Pernikahan:
Rangkaian acara pernikahan adat Pariaman meliputi maanta asok (meninjau), tuka cincin/pasang tando (tunangan), babaur (mencari hari pernikahan), acara pernikahan, dan manjalang ka rumah mintuo (berkunjung ke rumah mertua).
Manduo Jalang:
Setelah pesta pernikahan, mempelai perempuan biasanya akan menginap beberapa hari di rumah mertua.
2. Makna dan Nilai Budaya:
Penghormatan:
Tradisi bajapuik bukan untuk merendahkan laki-laki, tetapi justru untuk memuliakan dan meninggikan derajatnya.
Syarat Adat:
Bajapuik menjadi bagian tak terpisahkan dari adat Minangkabau di Pariaman dan dianggap sebagai bagian penting dari pernikahan.
Musyawarah:
Pelaksanaan adat, termasuk tradisi bajapuik, dilakukan melalui musyawarah dan kesepakatan bersama antara pihak keluarga.
3. Tradisi Lainnya:
Malamang: Memasak lemang, makanan tradisional khas Pariaman.
Kesenian Tambua Tasa: Kesenian tradisional yang menggunakan alat musik tambua dan tasa.
No comments:
Post a Comment