Tuesday, July 15, 2025

SANG ARYA CAKRADARA

CAKRADARA AYAH HAYAM WURUK - RAJA MAJAPAHIT
Sri Kertawardhana (atau *Cakradhara*)

Adalah ayah dari Hayam Wuruk dan suami dari Tribhuwana Tunggadewi, penguasa ketiga Kerajaan Majapahit. Ia memainkan peran penting dalam stabilitas politik Majapahit meskipun tidak mendominasi seperti Gajah Mada atau Tribhuwana.  
Cakradara adalah kakak dari Arya Damar atau lebih di kenal Aditya warman ( raja malaya pura / pagaruyung )
Dan tertulis dalam babad arya Tabanan yg merupakan adiknya sendiri yg menjadi raja di Bali
Profil Sri Kertawardhana
Nama lain : Kertawardhana, Cakradhara atau Bhra Hyang Wekasing Sukha,
Gelar Bhre Tumapel (sebelum menjadi suami Tribhuwana).  

Asal : Keluarga bangsawan tinggi Majapahit,  keturunan dari garis Singhasari anak darai Adwaya Brahman atau Kebo Anabrang
- Peran : Sebagai suami ratu, ia lebih banyak berperan sebagai pendukung kekuasaan Tribhuwana dan Hayam Wuruk.  

Peran dalam Pemerintahan Majapahit
1. Suami Tribhuwana Tunggadewi
   - Tribhuwana adalah putri Raden Wijaya dan Gayatri Rajapatni,  yang menjadi ratu setelah ibunya memilih hidup sebagai bhiksuni.  
   - Pernikahan mereka memperkuat legitimasi dinasti Majapahit.  
   - Sri Kertawardhana tidak memegang kekuasaan langsung tetapi membantu dalam urusan kerajaan.  

2. Ayah Hayam Wuruk
   - Ia dan Tribhuwana memiliki dua anak: Hayam Wuruk (calon raja) dan Dyah Nertaja (ibu dari Wikramawardhana, penerus Hayam Wuruk).  
   - Diduga terlibat dalam pendidikan Hayam Wuruk, terutama dalam tradisi keagamaan dan kebudayaan.  

3. Masa Pemerintahan Hayam Wuruk
   - Setelah Hayam Wuruk naik takhta (1350 M), Sri Kertawardhana tidak banyak disebut dalam catatan sejarah, tetapi diperkirakan tetap menjadi penasihat kerajaan.  
   - Ia wafat sebelum Hayam Wuruk, tetapi tahun pastinya tidak tercatat jelas.  

Kontroversi & Mitos
- Beberapa sumber (seperti Pararaton) menyebutkan bahwa Sri Kertawardhana adalah penguasa Tumapel sebelum menikah dengan Tribhuwana, tetapi tidak ada bukti kuat bahwa ia memerintah secara independen.  
- Dalam Nagarakretagama, ia disebut dengan penghormatan tetapi tidak dijelaskan secara rinci peran politiknya.  

Warisan
- Garis keturunannya melalui Hayam Wuruk dan Dyah Nertaja menjadi penerus takhta Majapahit.  
- Ia adalah bagian dari jaringan keluarga yang menjaga stabilitas Majapahit di era keemasannya.  

Saturday, July 12, 2025

ORANG PARIAMAN


Sejarah Kabupaten Padang Pariaman dan Pariaman.
Berasal dsri Luak Tanah Datar.
Penduduk Pariaman umumnya turun dari Luhak Tanahdata. Selain itu juga dari Luhak Agam pada bagian Utara. Sedangkan bagian sebelah Selatan justru turun dari Solok. Meski demikian, tetap saja mereka yang turun dari Luhak Tanahdata menjadi pemegang utama roda pemerintah.

Sejarah Kandang Ampek
 Abdul Kiram dan Yeyen Kiram dalam bukunya Raja-Raja Minangkabau Dalam Lintasan Sejarah (2003;51-52) mencatat, nenek moyang yang mula-mula turun dari Luhak Tanahdata ada sebanyak empat orang Penghulu beserta rombongannya. Yakni Datuk Rajo Angek, Datuk Palimo Kayo, Datuk Bandaro Basa, dan Datuk Palimo Labih. Amanah dari Yang Dipertuan Pagaruyung, di mana jika rombongan berada pada sebuah tempat yang tidak diketahui namanya, maka segeralah diberi nama dan tanda.

Akhirnya tempat itu diberi nama Kandangampek. Karena rombongan mereka berjumlah empat. Tidak lama kemudian, di tempat yang sama datang lagi satu rombongan dipimpin Datuk Makhudum Sabatang Panjang. Kedua rombongan bergabung dan sepakat bersama-sama turun ke bawah menuju arah Barat. Selanjutnya, rombongan menemukan sebuah tempat yang agak tinggi, tapi belum diketahui namanya. Salah seorang anggota rombongan, menanamkan sebatang pohon sebagai pembatas antara Luhak dan Rantau. Di tempat itu rombongan sepakat menamakan Kayutanam. Daerah inilah yang membatasi Luhak (darek) dengan Rantau. Berbatas dengan Bukit Barisan yang melingkari Padangpanjang.

Sejarah 2 X 11 Enam Lingkung
Perjalanan kelima orang Penghulu tersebut diteruskan sampai ke Pakandangan. Di sini mereka membangun perkampungan. Tidak lama kemudian datang lagi ke Pakandangan enam orang Penghulu dari Tanahdata, yakni Datuk Simarajo, Datuk Rangkayo Basa, Datuk Rajo Mangkuto, Datuk Rajo Bagindo dan Datuk Mangkuto Sati.

Keenamnya bergabung dengan rombongan yang datang sebelumnya. Luas perkampungan diperluas sampai ke Sicincin. Sebagai penghormatan, khusus lima orang Penghulu yang datang pertama, mereka ditempatkan di tengah-tengah kampung. Sedangkan enam Penghulu yang datang belakangan, melingkari tempat kediaman lima Penghulu tersebut. Daerah ini akhirnya bernama Anamlingkung. Kedatangan dua gelombang, untuk mengingatnya dijadikan Kecamatan 2 X 11 Anam-lingkuang dengan ibukota Sicincin. Kini kecamatan ini sudah dimekarkan menjadi tiga kecamatan. Yakni, Anamlingkung, 2 X 11 Anamlingkuang Sicincin dan 2 X 11 Kayutanam. Dari daerah-daerah ini, mereka terus menyusuri hingga ke pantai Pariaman.

Kisah penyebaran melalui Malalak
Ada juga yang menyebutkan penduduk Pariaman dari Tanahdata turun melalui Malalak. Di Malalak rombongan terbagi dua kelompok. Satu kelompok langsung menuju Pariaman, satu kelompok lagi menuju Kampungdalam. Kuatnya hubungan kekeluargaan dengan Malalak ini dapat dilihat dari adanya kunjungan dari orang yang berada di Pariaman, tapi berasal dari Malalak, kepada keluarga asal di Malalak.
Suku bangsa Varia ( Varia Men )
Pariaman yang terletak di pinggir pantai, mudah dikunjungi pelaut dari berbagai negeri, menyebabkan mudahnya hubungan dengan daerah lain. Sehingga masyarakatnya pun mudah menerima perubahan, baik sosial, politik maupun agama.

Tak heran sebagai wilayah yang berada di pinggir pantai dan di singgahi oleh berbagai pedagang, Pariaman belakangan dihuni tak hanya dari keturunan Minangkabau dari daerah darek. 
Di Pariaman terdapat pula keturunan keling (kaliang). Dimana orang Keling ini datang dari India Selatan atau disebut Gujarat dan salah satu suku bangsa Varia. Dengan ciri khas warna kulitnya lebih hitam, maka disebut saja kaliang. Sehingga jika ada anggota keluarga rang Pariaman, sering dikatakan kulitnya hitam kaliang. 
Suku Bangsa Varia telah ada dalam kurun waktu yang lama datang dengan beberapa dekade. 
Yg pertama bersamaan dengan terkenalnya pelabuhan Barus dengan Kampernya yg di kirim ke mesir. Dan hasil buah pinang yg melimpah juga rempah rempahnya menarik minat pedagang dari India selatan datang.
Selain berdagang mereka juga menyebarkan agama islam.

Dekade ke 2 adalah saat penyebaran islam dan seiringan dengan masuknya pengaruh Turki di aceh yg membawa banyak suku bangsa Varia khususnya yang laki laki atau di kenal sebagai Varia Men.

Dekade ke 3 adalah pada masa inggris tiba di kawasan bengkulu atau dulu disebut bengkulen, yg akhirnya suku bangsa Varia yg di bawa oleh Stampord Rafles sebagai pekerja kemudian menetap di kawasan pariaman sekarang. dimana dulu adalah wilayah kekuasaan kerajaan vasal ( bawahan ) pagaruyung yg bernama kerajaan Kurai Taji.

Dari sini dominasi suku bangsa Varia terlihat dari bahasa, adat dan warna kulit, sehingga banyak penduduk asal luak nan tigo menyebut dengan sebutan PARIAMAN ikut dialek minang pengaruh bahasa hindia belanda
Bahkan sebelum proklamasi Indonesia 17 Agustus 1945, di Pariaman juga banyak terdapat keturuan Tionghoa (Cina). Bukti peninggalan keturunan Tionghoa yang tidak bisa dibantah adalah kuburan keturunan Tionghoa di Toboh Palabah dan nama daerah Kampungcino.

Sedangkan bangsa penjajah (Belanda, Inggris dan Jepang), yang pernah bermukim di Pariaman, hingga kini tak diketemukan lagi buktinya. Penulis hanya pernah mendapatkan informasi di sekitar Kampung Perak ada kuburan Belanda. Namun kini sudah menjadi areal perkantoran, yakni Kantor Kesbang Linmas Kabupaten Padangpariaman.

Meski penduduk Pariaman sudah bercampur, tapi tetap memakai adat Minangkabau dalam kesehariannya. Hanya saja, sebagai daerah rantau, di Pariaman tidak diketemukan rumah gadang seperti di daerah darek. Rumah gadangnya tidak bergonjong sebagaimana rumah gadang di daerah darek seperti tanduk kerbau. 

Adat tradisi pariaman
Adat Pariaman adalah adat istiadat yang berlaku di wilayah Pariaman, Sumatera Barat, yang kaya akan tradisi dan nilai-nilai budaya. Salah satu tradisi yang paling dikenal adalah bajapuik, sebuah prosesi dalam pernikahan adat Minangkabau di Pariaman, di mana pihak perempuan memberikan sejumlah uang atau harta benda kepada pihak laki-laki sebagai bentuk penghormatan. 

1. Pernikahan Adat Pariaman:
Bajapuik:
Tradisi ini bukan berarti "membeli" pengantin laki-laki, tetapi lebih kepada menjemput dan menghormati pengantin laki-laki sebagai simbol penghargaan dan mengangkat derajatnya. 

Uang Japuik:
Jumlah uang japuik biasanya ditentukan berdasarkan kesepakatan dan mempertimbangkan status sosial, pendidikan, dan pekerjaan pengantin laki-laki. 

Prosesi Pernikahan:
Rangkaian acara pernikahan adat Pariaman meliputi maanta asok (meninjau), tuka cincin/pasang tando (tunangan), babaur (mencari hari pernikahan), acara pernikahan, dan manjalang ka rumah mintuo (berkunjung ke rumah mertua). 

Manduo Jalang:
Setelah pesta pernikahan, mempelai perempuan biasanya akan menginap beberapa hari di rumah mertua. 
2. Makna dan Nilai Budaya:
Penghormatan:
Tradisi bajapuik bukan untuk merendahkan laki-laki, tetapi justru untuk memuliakan dan meninggikan derajatnya. 

Syarat Adat:
Bajapuik menjadi bagian tak terpisahkan dari adat Minangkabau di Pariaman dan dianggap sebagai bagian penting dari pernikahan. 
Musyawarah:
Pelaksanaan adat, termasuk tradisi bajapuik, dilakukan melalui musyawarah dan kesepakatan bersama antara pihak keluarga. 

3. Tradisi Lainnya:
Malamang: Memasak lemang, makanan tradisional khas Pariaman.
Kesenian Tambua Tasa: Kesenian tradisional yang menggunakan alat musik tambua dan tasa. 

Friday, July 11, 2025

AIRPORT MINANGKABAU

Bandar Udara Internasional Minangkabau dibangun sebagai pengganti Bandar Udara Tabing yang sudah tidak lagi memenuhi persyaratan dari segi keselamatan penerbangan setelah 34 tahun lamanya digunakan.

Pembangunan bandara ini mulai dilakukan pada tahun 2001 dengan menghabiskan biaya sekitar 9,4 miliar Yen, dengan 10% di antaranya (sekitar 97,6 miliar Rupiah) merupakan pinjaman lunak dari Japan Bank International Coorporation (JICB). Konstruksinya melibatkan kontraktor Shimizu dan Marubeni J.O. dari Jepang, dan Adhi Karya dari Indonesia.
Bandar Udara Internasional Minangkabau berdiri di atas tanah seluas 4,27 km² dengan landasan pacu sepanjang 3.000 meter dengan lebar 45 meter.

Penerbangan domestik dan internasional dilayani oleh terminal seluas 20.568 m², yang berkapasitas sekitar 2,3 juta penumpang setiap tahunnya. Pada tahun 2017, bandara ini akan diperluas dua tahap hingga mencapai 49.000 m². Dengan pengembangan itu nantinya akan bisa menampung sekitar 5,9 juta penumpang per tahun.
Bandar udara ini adalah bandara kedua di Indonesia setelah Soekarno-Hatta yang pembangunannya dilakukan dari awal. Rencana induk pembangunan bandara ini dilakukan dalam tiga tahap, tahap keduanya dimulai pada tahun 2010. Setelah semua tahap selesai pengerjaannya, panjang landasan bandara ini akan diperpanjang menjadi 3.600 meter, yang juga dilengkapi dengan landasan penghubung (taxiway) paralel di sepanjang landasan.

Bandar Udara Internasional Minangkabau mulai dibangun pada tahun 2002 dan dioperasikan secara penuh pada 22 Juli 2005 menggantikan Bandar Udara Tabing.BIM merupakan bandara satu-satunya di dunia yang memakai nama etnis.

Pada tahun 2006, bandar udara ini ditetapkan oleh Kementerian Agama sebagai tempat embarkasi dan debarkasi haji untuk wilayah Provinsi Sumatera Barat, Bengkulu dan sebagian Jambi. Sejak 1 Januari 2012, jam operasional bandara ini diperpanjang oleh PT Angkasa Pura II hingga pukul 00.00 WIB, yang sebelumnya hanya dibuka hingga pukul 21.00 WIB.

Thursday, July 3, 2025

KEMELUT DI MAJAPAHIT - PATIH NAMBI

Patih Mpu Nambi
Lahir : Lumajang, Jawa Timur ?
Raja Lamajang Tigang Juru ke-2 : 1300 - 1316 M.
Patih Majapahit ke-1 : 1295–1300 M.
Orang Tua : ♂Arya Wiraraja / Prabu Menak Koncar I Banyak Wide (Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka), ♀ Nyai Ageng Lanang Jaya / Nyai Lanang Baya.
Saudara : ♂ Ronggolawe / Raden Haryo Ronggolawe, ♂ Wirondaya, ♂️Peteng, ♂️Wirot.
Wafat : Lamajang, Jawa Timur 1316 M.
Makam : Dusun Kwasen, Desa Menganto, Kecamatan Mojowarno, Jombang, Jawa Timur.
Keterangan : 

Nambi (lahir: ? - wafat: Lamajang, 1316) adalah pemegang jabatan rakryan patih pertama dalam sejarah Kerajaan Majapahit. Ia ikut berjuang mendirikan kerajaan tersebut namun kemudian gugur sebagai korban fitnah pada pemerintahan raja kedua Majapahit, Jayanegara.
_____________________________________________
Pararaton dan Kidung Panji Wijayakrama menceritakan bahwa Nambi adalah putra Arya Wiraraja. Di lain pihak Kidung Harsa Wijaya dan Kidung Sorandaka menceritakan bahwa Nambi adalah putra Pranaraja. Terjadi perdebatan panjang di mana Slamet Muljana menyatakan bahwa Nambi adalah putra Pranaraja sedang Ronggolawe adalah putra Arya Wiraraja. Namun dalam analisis terbarunya Mansur Hidayat mengemukakan pendapatnya bahwa Nambi dan Ranggalawe dimungkinkan adalah putra Arya Wiraraja.

Peran Awal

Pararaton dan Kidung Panji Wijayakrama menyebut Nambi sebagai salah satu abdi Raden Wijaya yang ikut mengungsi ke tempat Arya Wiraraja di Songeneb (nama lama Sumenep) ketika Kerajaan Singasari runtuh diserang pasukan Jayakatwang tahun 1292. Sedangkan menurut Kidung Harsawijaya, Nambi adalah putra Arya Wiraraja yang baru kenal dengan Raden Wijaya di Songeneb.

Pararaton mengatakan bahwa Nambi adalah seorang putra Arya Wiraraja yang telah menjadi sahabat Raden Wijaya sejak menjadi salah satu panglima di Singhasari. Kidung Harsawijaya mengisahkan pula, Nambi kemudian dikirim ayahnya untuk membantu Raden Wijaya membuka Hutan Tarik (di perbatasan antara kabupaten Sidoarjo dengan kabupaten Mojokerto) menjadi sebuah desa pemukiman bernama Majapahit yaitu tepatnya di Kota Mojokerto Tepi sungai Brantas. Kisah ini berlawanan dengan Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe yang menyebut nama putra yang dikirim Arya Wiraraja adalah Ranggalawe, bukan Nambi.

Pararaton selanjutnya mengisahkan, pada saat Raden Wijaya menyerang Kadiri pada tahun 1293, Nambi ikut berjasa membunuh seorang pengikut Jayakatwang yang bernama Kebo Rubuh. Dalam berbagai medan perjuangan, Nambi diceritakan orang yang mempunyai kecerdikan administrasi dan intelektual sehingga pada masa Majapahit berdiri ia dipercaya menjadi seorang Maha Patih pertama kerajaan ini.
Jabatan di Majapahit

Pararaton mengisahkan setelah kekalahan Jayakatwang tahun 1293, Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit dan mengangkat diri menjadi raja. Jabatan patih atau semacam perdana menteri diserahkan kepada Nambi. Berita ini diperkuat oleh prasasti Sukamerta tahun 1296 yang memuat daftar nama para pejabat Majapahit, antara lain Rakryan Patih Mpu Nambi.

Menurut Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe, pengangkatan Nambi inilah yang memicu terjadinya pemberontakan Ranggalawe di Tuban tahun 1295. Ranggalawe merasa tidak puas atas keputusan tersebut karena Nambi dianggap kurang berjasa dalam peperangan. Atas izin Raden Wijaya, Nambi berangkat memimpin pasukan Majapahit menyerang Tuban. Dalam perang itu, Ranggalawe mati di tangan Kebo Anabrang.

Menurut ''Mansur Hidayat'', penulis sejarah, Arya Wiraraja dan Lamajang Tigang Juru ini, Nambi adalah salah seorang putra Arya Wiraraja yang tetap ikut berperan di dalam pendirian kerajaan Majapahit. Pengangkatannya sebagai Maha Patih tidak disetujui oleh saudaranya sendiri yaitu Ranggalawe yang menginginkan Lembu Sora yang merupakan paman dari pihak ibu menjadi Patih karena dinilai punya keberanian. Akibat perang dengan Ranggalawe ini, Ranggalawe yang merupakan seorang putra kesayangan Arya Wiraraja, gugur, sehingga menjadikan ayahnya bersedih dan sangat marah. Arya Wiraraja kemudian membangun ibu kota berbenteng yang kemudian dikenal dengan nama Arnon atau Kuto Renon ang dalam bahasa Jawa kuno adalah "Kuto artinya kota berbenteng" dan "Renon atau Renu artinya marah". Jadi Kutorenon sendiri berarti sebuah ibu kota berbenteng yang dibangun karena marah. Akibat kejadian ini Nambi pun tidak diterima oleh Arya Wiraraja sampai masa sakitnya pada tahun 1314 Masehi.

Di dalam pemerintahan Majapahit sendiri, Mpu Nambi adalah salah seorang pendukung setia Wangsa Rajasa, sehingga ketika Prabu Jayanagara naik tahta dan menggantikan menggantikan ayahnya Raden wijaya. Mpu Nambi lah yang berada di garda depan untuk menentangnya. Hal inilah yang membuat hubungan kedua petinggi Majapahit itu menjadi renggang dan kemudian dimanfaatkan oleh seorang tokoh bernama Mahapati.

Perang Lumajang dan Kematian Nambi

Kematian Nambi terjadi pada tahun 1316. Kisahnya disinggung dalam Nagarakretagama dan Pararaton, serta diuraikan panjang lebar dalam Kidung Sorandaka.ja

Dikisahkan pada masa pemerintahan Jayanagara (1309-1328) putra Raden Wijaya, Nambi masih menjabat sebagai patih. Saat itu ada tokoh licik bernama Mahapati yang mengincar jabatannya. Ia selalu berusaha menciptakan ketegangan di antara Jayanagara dan Nambi.

Suatu hari terdengar berita bahwa ayah Nambi sakit keras. Nambi pun mengambil cuti untuk pulang ke Lamajang (nama lama Lumajang). Sesampai di sana, ayahnya telah meninggal. Mahapati datang melayat menyampaikan ucapan dukacita dari raja. Ia juga menyarankan agar Nambi memperpanjang cutinya. Nambi setuju. Mahapati lalu kembali ke ibu kota untuk menyampaikan permohonan izinnya.

Akan tetapi dihadapan raja, Mahapati menyampaikan berita bohong bahwa Nambi menolak untuk kembali ke ibu kota karena sedang mempersiapkan pemberontakan. Jayanagara termakan hasutan tersebut. Ia pun mengirim pasukan dipimpin Mahapati untuk menumpas Nambi.

Nambi tidak menduga datangnya serangan mendadak. Ia pun membangun benteng pertahanan di Gending dan Pejarakan. Namun keduanya dapat dihancurkan oleh pasukan Majapahit. Akhirnya Nambi sekeluarga pun tewas pula dalam peperangan itu. Babad Pararaton menceritakan kejatuhan Lamajang pada tahun saka "Naganahut-wulan" (Naga mengigit bulan) dan dalam Babad Negara Kertagama disebutkan tahun "Muktigunapaksarupa" yang keduanya menujukkan angka tahun 1238 Saka atau 1316 Masehi.

Pararaton mengisahkan Nambi mati dalam benteng pertahanannya di desa Rabut Buhayabang, karena dikeroyok oleh Jabung Tarewes, Lembu Peteng, dan Ikal-Ikalan Bang. Sedangkan menurut Nagarakretagama yang memimpin penumpasan Nambi bukan Mahapati, melainkan langsung oleh Jayanagara sendiri. Jatuhnya Lamajang ini kemudian membuat kota-kota pelabuhannya seperti Sadeng dan Patukangan melakukan perlawanan yang kemudian dikenal sebagai "Pasadeng" atau perang sadeng dan ketha pada tahun 1331 masehi.

Tentang meninggalnya Mpu Nambi sendiri, ada 2 pendapat yang sama kuatnya, di mana pertama Nambi meninggal di daerah bernama Randu Agung karena ada sebuah situs bernama Candi Randu Agung di Lumajang, yang dipercaya masyarakat sebagai tempat perabuan Nambi. Kedua adalah di ibu kota Arnon sendiri di mana perang Lamajang yang terakhir berlangsung di ibu kota dan Mpu Nambi bertahan habis-habisan sampai titik darah penghabisan. Dalam penelitian J. Mageman diberitakan bahwa di Situs Biting terdapat komplek percandian raja-raja Lamajang.

Nama Ayah

Nama ayah Nambi menurut Pararaton dan Kidung Harsawijaya adalah Arya Wiraraja, sedangkan dalam Kidung Sorandaka adalah Pranaraja. hal ini menimbulkan pendapat bahwa Pranaraja adalah nama lain Arya Wiraraja.

Pendapat tersebut tidak sesuai dengan naskah prasasti Kudadu tahun 1294 yang menyebut Arya Wiraraja dan Pranaraja sebagai dua orang tokoh yang berbeda. Keduanya sama-sama menjabat sebagai pasangguhan, di mana masing-masing bergelar Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka dan Rakryan Mantri Pranaraja Mpu Sina.

Selain itu, Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe menyebut Arya Wiraraja adalah ayah dari Ranggalawe (alias Arya Adikara), yaitu saingan politik Nambi. Versi ini diperkuat oleh prasasti Kudadu (1294) yang menyebut adanya nama Arya Adikara dan Arya Wiraraja dalam daftar pejabat Majapahit, tetapi keduanya tidak ditemukan lagi dalam prasasti Sukamerta (1296), sedangkan nama Pranaraja Mpu Sina masih dijumpai.

Alasan yang bisa diajukan ialah, setelah kematian Ranggalawe tahun 1295, Arya Wiraraja merasa sakit hati dan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pasangguhan. Ia kemudian mendapatkan daerah Lamajang sesuai janji Raden Wijaya pada masa perjuangan. Adapun Pranaraja Mpu Sina diperkirakan juga berasal dari Lamajang. Sesudah pensiun, ia kembali ke daerah itu sampai akhir hayatnya pada tahun 1316 di daerah tempat kekuasaan Arya Wiraraja yang merupakan ayahnya.

Menurut Mansur Hidayat, seorang penulis buku Arya Wiraraja dan Lamajang Tigang Juru, Nambi dan Ronggolawe adalah sama-sama anak Arya Wiraraja karena sumber-sumber yang diceritakan sama-sama kuat. Contoh, bahwa Nambi adalah putra Arya Wiraraja karena ketika Arya Wiraraja sakit Nambi menjenguknya dan mengambil cuti dan kemudian juga berperang mempertahankan kerajaan ayahnya Lamajang Tigang Juru.

Kisah Mpu Nambi, Patih Majapahit Pertama Korban Hasutan Busuk Sengkuni Mahapati
_____________________________________________
MAHAPATIH Majapahit pertama dijabat oleh Mpu Nambi . Sosok Mpu Nambi pula yang merupakan kawan dekat dari Raden Wijaya, yang telah menjabat sejak Wangsa Rajasa. Ketika raja kedua Majapahit Jayanagara bertahta Mpu Nambi masih berkuasa sebagai mahapatih. Tetapi hubungan kedua pejabat utama Majapahit ini tidak pernah akur. Saling curiga selalu mewarnai hubungan antara Jayanagara dengan Mpu Nambi. Apalagi saat itu Jayanagara memang masih cukup stabil emosinya, karena naik tahta sebagai raja dalam usia yang muda.

Raja Majapahit kedua yang bergelar Sri Sundarapadnyadewadhiswarana Maharajabhiseka Wikramatunggadewa ini naik tahta di usai kurang lebih 15 tahun. Di usia tersebut tentulah secara kejiwaan dan emosional masih belum memiliki emosi yang matang dan tidak terkontrol.
Dikutip dari "Arya Wiraraja dan Lamajang Tigang Juru", semasa Jayanagara berthada muncul pertentangan antara Wangsa Rajasa dari trah Raden Wijaya, dengan pendukung setia Jayanagara. Alhasil di internal istana kerajaan muncul konflik yang tak terelakkan.

Suasana ketidaknyamanan antara raja dan patihnya dan di antara keduanya memang mempunyai hubungan yang kurang baik. Saat itu memang Jayanagara muncul sebagai pewaris tahta dari Wangsa Sinelir. Sementara Mpu Nambi merupakan kubu yang pendukung Wangsa Rajasa, beranggapan bahwa Gayatri putri keempat Kertanegara yang seharusnya menjadi raja Majapahit.

Di tengah hubungan yang renggang antara Jayanagara dengan Mpu Nambi ada satu tokoh yang kian memperumit hubungan keduanya. Dia adalah Mahapati, yang sosoknya sudah muncul pada saat Mpu Sora sedang terbelit kasus pembunuhan Kebo Anabrang. Akan tetapi dari perilaku politik, tokoh Mahapati ini selalu bertentangan dan menjatuhkan tokoh-tokoh yang setia dengan Wangsa Rajasa.

Dikarenakan ibunda Jayanagara yang dekat dengan Wangsa Sinelir bisa jadi sosok Mahapati ini juga merupakan penasihat utama wangsa ini. Sosoknya mulai dipercaya oleh Jayanagara dalam menjalankan pemerintahan. Bisa dikatakan Mahapati ini merupakan jabatan pelaksana pemerintahan yang dipegang oleh Mpu Nambi. Hal ini pula yang membuat Mahapati mulai mengincar jabatan mahapatih Majapahit, yang berimbas pada ketidaknyamanan Mpu Nambi yang masih resmi menjabatnya.

Sejarah Pemberontakan Nambi vs Majapahit: Mati karena Fitnah Keji
______________________________________________
Pemberontakan Nambi seharusnya tidak pernah terjadi. Sejarah mencatat, rakryan patih alias perdana menteri atau mahapatih pertama Kerajaan Majapahit ini mati karena fitnah keji. Nambi dituduh merencanakan pemberontakan sehingga harus dihabisi. Nambi adalah orang kepercayaan Raden Wijaya, sang raja pertama Majapahit. Bersama sosok-sosok sentral lainnya termasuk Arya Wiraraja, Ranggalawe, Kebo Anabrang, dan Lembu Sora, Nambi setia mengiringi perjuangan Raden Wijaya merintis Kerajaan Majapahit yang dideklarasikan pada 1293 Masehi.

Raden Wijaya merupakan menantu Kertanegara, Raja Singasari terakhir yang tewas lantaran pemberontakan Jayakatwang dari Gelang-gelang (Madiun) pada 1293 Masehi. Dibantu Nambi dan kawan-kawan, Raden Wijaya membalaskan dendam sang mertua. Sunoto dalam Menuju Filsafat Indonesia: Negara-negara di Jawa Sebelum Proklamasi Kemerdekaan (1983) menyebutkan, Kertanegara jatuh oleh Jayakatwang, selanjutnya Jayakatwang dijatuhkan oleh Raden Wijaya. Setelah itu, Raden Wijaya mendeklarasikan berdirinya Kerajaan Majapahit di tepi Sungai Brantas (di perbatasan Sidoarjo dan Mojokerto) serta menjadi raja pertama dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana (1293-1309).

Atas peran pentingnya, Raden Wijaya kemudian menunjuk Nambi untuk menempati jabatan pemerintahan tertinggi sebagai rakryan patih (mahapatih) atau perdana menteri Kerajaan Majapahit yang pertama. Bukan tanpa alasan Raden Wijaya memilih Nambi sebagai perdana menteri. Di mata Raden Wijaya, Nambi adalah sosok yang komplit: tangkas dalam pertarungan, juga cerdas dalam urusan pemerintahan.

Meskipun demikian, penunjukan Nambi sebagai rakryan patih nantinya memantik persengketaan dengan Ranggalawe yang berujung pada pertumpahan darah internal pertama dalam sejarah Kerajaan Majapahit. Ada sosok berpengaruh bernama Dyah Halayuda alias Mahapati dalam rangkaian pergolakan yang menerpa Majapahit. Hayaluda adalah sepupur Raden Wijaya. Halayuda yang berambisi menjadi perdana menteri digambarkan sebagai tokoh yang licik dan suka mengadu-domba sehingga mengakibatkan kericuhan di lingkungan kerajaan, termasuk dalam peristiwa pemberontakan Ranggalawe maupun Nambi.

Fitnah Keji Mahapati

Raden Wijaya wafat tahun 1309. Penerus singgasana Majapahit adalah sang putra mahkota, Jayanagara (1309-1328). Di masa pemerintahan raja ke-2 Majapahit ini, pergolakan yang muncul semakin sering, bahkan dari dalam lingkaran kekuasaan sendiri. Pengaruh Halayuda menjadi semakin krusial lantaran karakter Jayanagara yang tidak sekuat ayahnya. Nama asli Jayanagara adalah Kalagemet. Kitab Pararaton menafsirkan Kalagemet dengan olok-olok yang berarti “lemah” atau “jahat”. Tragedi Nambi yang kemudian dituding sebagai pemberontakan terjadi pada 1316 Masehi. Baik Nagarakertagama maupun Pararaton menyinggung perihal peristiwa berdarah ini, bahkan dijabarkan lebih lengkap dalam Kidung Sorandaka. Rahadi Boedisetio dalam Bandjir Darah di Madjapahit (1966) menyebut bahwa peristiwa yang menimpa Nambi dan para pengikutnya di Lamajang (Lumajang) termasuk gerakan pergolakan terbesar dalam sejarah Kerajaan Majapahit.

Tahun 1316 itu, Nambi meminta izin untuk pergi ke Lamajang karena di sana ayahnya sakit keras.
Mengenai siapa ayah Nambi, terdapat beberapa versi yang berbeda. Pararaton dan Kidung Harsawijaya menyebut ayahanda Nambi adalah Arya Wiraraja yang berarti Nambi adalah saudara Ranggalawe.

Sementara Kidung Sorandaka mencatat bahwa ayah Nambi bernama Pranaraja. Temuan ini memunculkan dugaan bahwa Wiraraja dan Pranaraja adalah orang yang sama, meskipun belum dapat dipastikan kebenarannya. Slamet Muljana dalam Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit (2012) tetap menyimpulkan bahwa Wiraraja dan Pranaraja merupakan dua orang yang berbeda. Wiraraja adalah ayah Ranggalawe, sedangkan Pranaraja ayahanda Nambi.

Hal ini dikuatkan dengan penemuan Prasasti Kudadu berangka tahun 1294 yang mengungkapkan bahwa Wiraraja dan Pranaraja adalah tokoh yang berbeda meskipun keduanya sama-sama punya jabatan penting di Kerajaan Singasari pada era Kertanegara dalam periode yang sama. Cerita Nambi yang meminta izin ke Lamajang juga terkait dengan teori bahwa ayah Nambi adalah Pranaraja, bukan Arya Wiraraja. Dikisahkan, Pranaraja yang berasal dari Daha (Kediri) bermaksud ke Lamajang untuk menemui kawan lamanya, yakni Arya Wiraraja, ayah Ranggalawe. Tiba di Lamajang, Pranaraja yang memang sudah lanjut usia jatuh sakit, dan kabar tersebut sampai ke Majapahit. Maka, ditemani oleh beberapa pejabat Majapahit dan pengikutnya, Nambi bergegas ke Lamajang untuk mengetahui kondisi ayah.

Akhir Tragis Riwayat Nambi

Nambi terlambat. Ayahnya ternyata sudah meninggal dunia saat ia sampai di Lamajang. Kabar duka ini pun segera sampai ke Majapahit. Halayuda atas nama kerajaan datang melayat ke Lamajang untuk menyampaikan ucapan belasungkawa dari Raja Jayanagara.
Halayuda menyarankan kepada Nambi untuk memperpanjang masa izinnya agar bisa mengurus kematian sang ayah sembari menenangkan diri sebelum bekerja kembali. Nambi setuju dan berterimakasih sudah diberi kelonggaran.

Balik ke Majapahit, Halayuda mengatakan hal yang berbeda kepada Jayanagara. Nambi disebut menolak kembali ke ibu kota dan dugaan rencana pemberontakan pun dibisikkan oleh Halayuda.
Prabu Jayanagara terhasut dan murka. Dicatat Pararaton, Jayanagara memerintahkan Halayuda memimpin pasukan ke Lamajang untuk menumpas Nambi. Sementara menurut Nagarakertagama, komandan tertinggi operasi militer tersebut adalah Jayanagara sendiri.

Di Lamajang, Nambi sama sekali tidak menyadari apa yang bakal terjadi. Ketika mendapatkan kabar bahwa pasukan Majapahit bakal datang menyerang, Nambi jelas terkejut. Nambi sempat mendirikan benteng pertahanan di dua titik, yakni di Gending dan Pejarakan. Namun, pasukan Majapahit yang cukup besar mampu menghancurkan kedua benteng tersebut.
Nambi dan para pengikutnya bertahan habis-habisan, namun akhirnya tidak sanggup lagi menahan terjangan pasukan Majapahit. Menurut Pararaton, Nambi gugur di dalam benteng akibat dikeroyok oleh para panglima perang Majapahit. Begitu pula dengan seluruh pengikut dan keluarganya.

Lantas, siapa pengganti posisi Nambi di Majapahit?

Dikutip dari Konflik Berdarah di Tanah Jawa: Kisah Para Pemberontak (2008) yang ditulis Raka Revolta, lempengan tembaga Sidateka bertarikh tahun saka 1245 atau 1323 Masehi menyatakan bahwa yang menjadi Mahapatih Majapahit adalah Dyah Halayuda. Runtuhnya Lamajang dikisahkan oleh Pararaton dengan menyebut tahun saka Naganahutwulan, sedangkan Negarakertagama mengatakan tahun Muktigunapaksarupa. Dua versi ini menunjukkan tahun yang sama, yakni 1238 Saka atau 1316 Masehi.

Di tahun 1316 ini pula, Arya Wiraraja sang penguasa Lamajang meninggal dunia. Tragedi yang menimpa Nambi sekaligus kejatuhan Lamajang ini nantinya memantik pergolakan di sejumlah kota-kota pelabuhan milik Majapahit, termasuk Pasadeng (Sadeng) dan Patukangan (Ketha) yang merupakan wilayah Lamajang Tigang Juru yang dulu dirintis oleh Arya Wiraraja.
Kematian Nambi nantinya terbalas melalui pemberontakan Sadeng dan Ketha yang sempat membuat Majapahit goyang meskipun tetap tampil sebagai pemenangnya.
@semua orang

KEMELUT DI MAJAPAHIT - PEMBERONTAKAN RA KUTI

KEMELUT DI MAJAPAHIT - PEMBERONTAKAN RA KUTI

Ra Kuti, Anggota Dharmaputra pemimpin Pemberontakan Kuti
______________________________________________
Ra Kuti merupakan tokoh sejarah yang terlibat dalam pemberontakan terhadap Raja Jayanagara, raja kedua Kerajaan Majapahit. Dia adalah anggota Dharmaputra, yaitu pejabat tinggi yang disayangi raja Majapahit. Lembaga ini dibentuk oleh Raden Wijaya, raja pertama Majapahit.

Dharmaputra berjumlah tujuh orang, yaitu Ra Kuti, Ra Semi, Ra Tanca, Ra Wedeng, Ra Yuyu, Ra Banyak, dan Ra Pangsa. Karena ini adalah lembaga tinggi kerajaan, Dharmaputra memiliki kedudukan khusus di Majapahit. Mereka dianggap sebagai pengawal setia raja dan memiliki hak istimewa.
Kitab Pararaton menyebut Dharmaputra sebagai "pengalasan wineh suka" atau "pegawai istimewa yang disayangi raja".
Mereka juga memiliki kekuasaan di daerah-daerah tertentu. Ra Kuti sendiri berkuasa di daerah Pajarakan yang sekarang menjadi Kabupaten Probolinggo. Pemberontakan Ra Kuti didasari oleh rasa tidak puas terhadap Raja Jayanagara yang dianggap lemah dan mudah dipengaruhi.
Kitab Pararaton menyebut Raja Jayanagara dengan nama Kalagemet yang berarti "lemah" atau "jahat".Selain itu, asal-usul Jayanagara juga menjadi alasan ketidaksukaan para Dharmaputra.
Jayanagara bukanlah anak Raden Wijaya dari istri permaisuri, melainkan dari istri selir.
Ibunda Jayanagara adalah Dara Petak, putri Kerajaan Dharmasraya dari Sumatera.

Jayanagara juga berdarah campuran, bukan turunan murni dari Kertanagara, raja terakhir Kerajaan Singasari yang merupakan pendahulu Majapahit. Pemberontakan Ra Kuti terjadi pada tahun 1241 Saka atau 1319 Masehi. Ra Kuti bersama beberapa Dharmaputra lainnya mengadakan kudeta terhadap Raja Jayanagara.
Mereka menyerang istana dan membunuh beberapa pejabat kerajaan. Raja Jayanagara berhasil melarikan diri dengan bantuan Gajah Mada, mahapatih Majapahit yang saat itu masih berpangkat bhayangkara (prajurit).
Gajah Mada kemudian memimpin pasukan kerajaan untuk menumpas pemberontakan Ra Kuti.
Pertempuran sengit terjadi di daerah Tumapel (sekarang Malang) antara pasukan Gajah Mada dan pasukan Ra Kuti. Akhirnya, Gajah Mada berhasil mengalahkan dan menangkap Ra Kuti beserta pengikutnya. Pemberontakan Ra Kuti memberikan dampak besar bagi sejarah Majapahit.

Pertama, pemberontakan ini menunjukkan adanya ketidakstabilan politik di dalam kerajaan. Raja Jayanagara tidak mendapatkan dukungan penuh dari para pejabatnya. Bahkan, beberapa pejabat tinggi seperti Dharmaputra berani memberontak terhadap raja. Kedua, pemberontakan ini menunjukkan peran penting Gajah Mada sebagai tokoh militer dan politik di Majapahit.
Gajah Mada memulai kariernya sebagai bhayangkara (prajurit) yang berhasil menyelamatkan raja dari pemberontakan Ra Kuti.
Atas jasanya itu, ia diberi jabatan Patih Daha dan kemudian Patih Kahuripan.

Ia kemudian menjadi Mahapatih (Menteri Besar) pada masa Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi, putri Jayanagara yang menggantikan ayahnya sebagai raja. Gajah Mada membantu Tribhuwana memperluas wilayah Majapahit melalui berbagai ekspedisi militer. Dia juga mengucapkan Sumpah Palapa, yaitu sumpah untuk tidak memakan palapa (makanan berbumbu) sebelum berhasil menyatukan Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit.

Situasi ketika Majapahit dikuasai Ra Kuti
Ketika Ra Kuti berhasil menguasai Majapahit untuk sementara waktu, ternyata banyak yang tidak setuju. Salah satunya adalah karena faktor kasta.
Ra Kuti disebut berasal dari kasta sudra, kasta rendah dalam tradisi Hinduisme. Niat para pemberontak pertama adalah menggulingkan Jayanegara dan menggantikannya dengan keturunan Raden Wijaya yang lain. Tapi yang terjadi justru Ra Kuti menobatkan diri sebagai raja Majapahit.
Kisah Ra Kuti, Ditentang Rakyat Majapahit karena Menahbiskan Diri sebagai Raja 
_____________________________________________
Pejabat Majapahit, Ra Kuti menahbiskan dirinya sebagai raja Majapahit begitu sukses mengusir Prabu Jayanegara. Namun, hal itu hanya berlangsung dalam beberapa hari saja. 
Sebab, mayoritas rakyat Majapahit menolak. Asal usul Ra Kuti yang berasal dari golongan kasta sudra kasta membuat rakyat Majapahit muak. Bahkan, elemen-elemen yang mendukungnya melakukan pemberontakan ikut marah dan tak setuju dengan langkah Ra Kuti.  

Menurut mereka, memberontak bukannya untuk melawan negara, tetapi untuk menggulingkan Jayanagara. Kemudian kekuasaan diserahkan kepada keturunan pendiri Kerajaan Majapahit lainnya. Tetapi yang terjadi sebagaimana dikutip dari buku "Sandyakala di Timur Jawa 1042-1527 M Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Hindu dari Mataram Kuno II hingga Majapahit" dari Prasetya Ramadhan, justru Ra Kuti menobatkan dirinya sebagai raja Majapahit. 

Karuan saja banyak yang menolak. Sebab Ra Kuti bukanlah datang dari golongan bangsawan, melainkan sudra, kasta terendah dalam agama Hindu. Alhasil setelah perebutan kekuasaan dan penobatan Ra Kuti sebagai raja, situasi kota Majapahit menjadi tak kondusif. Banyak rakyat yang diam-diam kecewa dengan pengangkatan Ra Kuti. Padahal sebelumnya mereka ikut memberontak menyingkirkan Jayanagara. Sementara itu, Ra Kuti dan komplotannya memburu Jayanagara ke segala arah. Meskipun berhasil merebut istana, Ra Kuti belum tenang sebelum bisa menangkap Jayanagara. 

Pada peristiwa itulah, nama Gajah Mada mulai disebut-sebut dalam kitab Pararaton. Jayanagara dibawa ke sebuah desa bernama Bedander di luar kotaraja Majapahit. Erat kaitannya kenapa Jayanagara dibawa ke desa ini oleh Gajah Mada karena Bhayangkara tersebut mengenal betul daerah tersebut.
Ada dua versi yang menyebutkan lokasi tersebut yakni Desa Bedander yang saat ini masuk Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang, namun ada versi yang menyebutkan desa itu adalah Desa Dander, yang kini masuk Kabupaten Bojonegoro. Namun banyak hang meyakini Desa Bedander di Jombang-lah yang masuk akal, karena lokasinya yang tak terlalu jauh dari Trowulan. 

Di desa itu, Raja Jayanagara ditampung sementara di rumah kepala Desa Bedander, dan keberadaannya benar-benar dirahasiakan. Hal ini karena pasukan Bhayangkara tahu Ra Kuti sedang memburu mereka dan Jayanagara. Bahkan Gajah Mada nekat membunuh seorang pengalasan karena nekat akan meminta izin paksa untuk pulang ke kotaraja Majapahit. Pasca peristiwa pembunuhan yang dilakukan Gajah Mada kemudian berkunjung ke kotaraja Majapahit untuk mencari informasi terkait keberadaan istana. Ia menyamar layaknya intel dan mengumpulkan informasi-informasi terkait kesukaan rakyat kepada Ra Kuti dan Jayanagara. 

Dari intelejennya diperoleh informasi bahwa Ra Kuti tidak begitu disukai oleh rakyat dan para pejabat istana yang tengah berkuasa. Kala itu seorang raja tidak ditentukan oleh keperkasaan dan kewibawaannya saja, namun juga trah bangsawannya. Hal ini menjadi salah satu yang dianggap penting. Meskipun dzalim, Jayanagara tetap dipandang tinggi sebagai raja, karena ia adalah trah langsung dari Prabu Kertarajasa, yang mewarisi darah Raja Singasari.

KERAJAAN - KERAJAAN DI MALAYSIA

KERAJAAN - KERAJAAN TUA DI MALAYSIA 1. Kerajaan Kedah Tua (Kedah Zaman Awal) Berdasarkan catatan India, Cina, dan Arab, Kedah Tua (kadang di...